Minggu, 31 Juli 2016

PENDUDUK KHATULISTIWA

Kita adalah langit dan bumi
Membentang di persada khatulistiwa
Selama ini, kita terpisah garis horizon yang mereka buat dalam permainan kata-kata
Kita adalah siang dan malam
Berdampingan, di salah satu pelosok khatulistiwa
Selama ini, kita merasa berbeda dalam simbol-simbol tanpa makna
Padahal kita Satu
Serumpun, bertaut
Dalam kebersamaan
Semua atas nama damai
Hilang semua hijab kata, simbol yang membuat kita berbeda
Kitalah penduduk khatulistiwa

Pontianak, 03-12-2011, 15:14

Kamis, 28 Juli 2016

Kamis, 20 Februari 2014

Perpisahan


By. Zu

Kabut pekat, melapas kepergianku pagi itu
Seakan berbagai kenangan bergumul, menutup pandanganku
Episode demi episode berkelebat,
Dalam balutan sensasi rasa
Mengenangmu, meski belum meninggalkanmu
Mengingatmu, meski kita begitu dekat

Banjarmasin berkabut pagi itu
Dan aku enggan melihat kota itu untuk terakhir kali
Berpaling dan tak akan melihat ke belakang lagi
Sejuta kenangan itu telah menorehkan luka perpisahan
Kabut pagi itu, menahan air mata yang menggantung di pelupuknya
Entah kapan bisa kembali lagi dan memeluk segenap kenangan di Kota Seribu Masjid

Banjarmasin, I’m in Love

By. Zu

Kupeluk air mata dalam hujan,
Hujan yang membasuh letih,
Hujan yang membalut luka,
Sebuah luka yang di toreh oleh rasa rindu.

Jauh-jauh aku mencarimu ke kota ini, kota seribu masjid….
Aku ingat,
Ketika kita beradu pandang dalam derai hujan senja itu,
 Aku tahu…
Kaki akan membawaku melangkah sejauh ini,
Ke kota ini.
Membangun segenap kenangan yang kelak kutahu akan menimbulkan rindu yang pilu

Sayang, nantikanlah aku di batas senja,
Sebab sebelum matamu sempat berkedip dan bintang-bintang berkerlip muncul di ketinggian langit malam…
Kupastikan kutelah berada di sisimu…
Merangkul segenap jarak dan keterpisahan yang di bawa waktu,
Dan pekat langit Banjarmasin akan menjadi saksi sebuah pertautan rindu




Senin, 25 November 2013

SESUATU TENTANG PAGI


Oleh Zuraida

Pagi membayang di langit dunia
membuat sirnah mimpi-mimpi kala mata ini terbuka
mereka berguguran menjadi titik-titik embun sepertiga malam
namun tak semua lenyap,
karena ada mimpi yg ku gantung di serambi langit
dan kuberharap mimpi itu tak hilang kala pagi menjelang

Fajar,ajari aku berjalan dg tegap
rupanya ada sebaris takut di lembaran hati
mampukah kaki ini berlari menyongsong mimpi agar jadi nyata
fajar,ajari tubuh ini memberontak lelah
rupanya ada sebait keputusasaan dalam puisi jiwa
mampukah kerapuhan ini menantang takdir yang abadi

Bekalku hanya sekantong harapan,
sepotong keberanian,
secarik kekuatan,
dan seuntai doa

Pagi membayang di langit dunia
dan kulihat semburat semangat terbit di ufuk timur
angin pagi nyanyikan sebuah lagu
tentang satu kata anti kepasrahan,tak boleh menyerah
selalu, selalu dan selalu
ku harap tangan ini tlah menggenggam cita kala senja menjelang

 10 September 2009 pukul 6:29