Tampilkan postingan dengan label puisi cinta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi cinta. Tampilkan semua postingan

Kamis, 20 Februari 2014

Banjarmasin, I’m in Love

By. Zu

Kupeluk air mata dalam hujan,
Hujan yang membasuh letih,
Hujan yang membalut luka,
Sebuah luka yang di toreh oleh rasa rindu.

Jauh-jauh aku mencarimu ke kota ini, kota seribu masjid….
Aku ingat,
Ketika kita beradu pandang dalam derai hujan senja itu,
 Aku tahu…
Kaki akan membawaku melangkah sejauh ini,
Ke kota ini.
Membangun segenap kenangan yang kelak kutahu akan menimbulkan rindu yang pilu

Sayang, nantikanlah aku di batas senja,
Sebab sebelum matamu sempat berkedip dan bintang-bintang berkerlip muncul di ketinggian langit malam…
Kupastikan kutelah berada di sisimu…
Merangkul segenap jarak dan keterpisahan yang di bawa waktu,
Dan pekat langit Banjarmasin akan menjadi saksi sebuah pertautan rindu




Senin, 25 November 2013

SESUATU TENTANG PAGI


Oleh Zuraida

Pagi membayang di langit dunia
membuat sirnah mimpi-mimpi kala mata ini terbuka
mereka berguguran menjadi titik-titik embun sepertiga malam
namun tak semua lenyap,
karena ada mimpi yg ku gantung di serambi langit
dan kuberharap mimpi itu tak hilang kala pagi menjelang

Fajar,ajari aku berjalan dg tegap
rupanya ada sebaris takut di lembaran hati
mampukah kaki ini berlari menyongsong mimpi agar jadi nyata
fajar,ajari tubuh ini memberontak lelah
rupanya ada sebait keputusasaan dalam puisi jiwa
mampukah kerapuhan ini menantang takdir yang abadi

Bekalku hanya sekantong harapan,
sepotong keberanian,
secarik kekuatan,
dan seuntai doa

Pagi membayang di langit dunia
dan kulihat semburat semangat terbit di ufuk timur
angin pagi nyanyikan sebuah lagu
tentang satu kata anti kepasrahan,tak boleh menyerah
selalu, selalu dan selalu
ku harap tangan ini tlah menggenggam cita kala senja menjelang

 10 September 2009 pukul 6:29

Untuk Melat dari Sayap Jibril

Aku ingin menyentuh & menatap wajahmu,
bukan dengan sentuhan tangan dan pandang mata,
tapi dengan sentuhan & pandang cahaya yang bisa menjauhkan gelap dari terang,
hingga duri tak sempat meruncing perih.
Aku ingin menggenggammu bukan dengan tangan,
tapi dengan kekuatan hati nan dalam,
yang bisa menjauhkan keburukan dari keindahan hingga fitnah tak brtahan melepaskan apa yg kita genggam. Aku ingin mencium jemarimu bukan dengan bibir,
tapi dengan zikir yg bisa menjauhkan kotor & bersih,
hingga nafas tak hapuskan kesucian.
Oh,membuncah air mataku,
dalam menyentuh wajah, kuat menggenggam hati, dan hening jemari suci....

Oleh: Juwandi Ahmad

SAKURA


Oleh: Zuraida

Sakura………….
Tumbuh indah di sudut jiwa
Harum semerbak menebar bahagia
Tanpa terasa kini tlah berbunga
Tumbuh dewasa karena kujaga
Namun marabahaya dating tak disangka
Gugurkan mahkota-mahkota indahnya
Tak kusangka ia begitu rapuh
Dan akarnya tak menopang dengan teguh
Tak kusangka ia mudah layu
Dan harumnya dengan cepat di usir sang bayu
Tak kusangka ia akan kalah
Dan kini aku hanya bias pasrah dan mengalah
Sakura……
Membayang di depan gapura
Sangat mempesona
Namun terselubung kabut duka
Duka yang bersembunyi di balik tawa
Sakura……..
Symbol musim semi yang mempesona
Yang dulu kucinta
Kini kan selalu kucela
Karena kau membuatku menderita
Karena kau membuatku membenci cinta!
Pontianak, 25 Maret 2004, Pukul 19.40 WIB

SEPOTONG SENJA UNTUK IMAN

Oleh: Zuraida



Ini adalah senja terakhir iman, aku menatap punggungmu menjauh
Senja memeluk keberadaanmu utuh,
Menyisakan bayang-bayang sedih di hatiku.
Hendak kemana kau iman?
Hatiku bertanya lantang tanpa suara
Namun, isak itu terdengar nyaring membungkus sepotong senja yang kau sisakan untukku.
Kau semakin menjauh iman, menyisakan aku dalam peluk lembayung yang sunyi
Aku menangis, iman, dengarlah isakku…
Aku menyesal, iman, lihatlah luruhan air mataku..
Tak kusangka itu adalah senja terakhir bersamamu
Tak kusangka itu adalah tatap terakhir teduhmu

Pontianak, 25 Nop 2013

Selasa, 24 September 2013

Cupid dan Piskhe (Part 1)


Oleh Zuraida

Piskhe bukanlah perempuan tercantik saat itu, dia juga tidak pernah merasa menjadi perempuan tercantik. Ada Aphrodite yang merupakan dewi sekaligus perempuan tercantik. Namun Piskhe adalah salah satu perempuan terbaik, perempuan yang setia, karena kebaikan hatinya, cantiknya mampu terpancar dan membuat orang-orang berpaling dari Aphrodite. Pada saat itu, tentu saja, Aphrodite yang merupakan dewi kecantikan, perempuan tercantik pada masa itu merasa sangat cemburu pada Piskhe. Piskhe, perempuan biasa yang merupakan putri ketiga dari seorang raja, disembah sebagai dewi kecantikan oleh rakyat di daerahnya. Rakyatnya berpaling dari Aphrodite. Maka, untuk membalas piskhe, Aphrodite memerintahkan anaknya yang bernama Cupid (Eros) untuk member pelajaran kepada Piskhe. Aprodhit ingin agar Piskhe jatuh cinta kepada lelaki terjelek di dunia.
Cupid telah terbiasa melaksanakan perintah seperti itu dari ibunya. Baginya perkara yang sangat gampang untuk membuat seseorang jatuh cinta terhadap siapa saja apabila terkena panah asmaranya. Maka, cupid pun bergegas mencari Piskhe. Namun, ketika Cupid menemukan Piskhe, Cupid malah tertusuk panah asmaranya sendiri karena terpesona melihat kecantikan Piskhe. Sejak saat itu, Cupid jatuh cinta kepada Piskhe dan tidak jadi menjalankan perintah Aphrodite.
Beberapa waktu kemudian Aphrodite menyadari bahwa Cupid tidak menjalankan perintahnya dengan baik karena Piskhe belum menunjukkan tanda-tanda bahwa ia sedang jatuh cinta kepada siapapun. Akhirnya Aphrodite memutuskan untuk menuntaskan permasalahan tersebut sendiri. Aphrodite mengutuk Piskhe sehingga tidak ada seorangpun yang mau datang melamarnya.
Beberapa tahun berlalu setelah kutukan Aphrodite terhadap Piskhe. Kutukan tersebut membuat orang tua Piskhe khawatir karena Piskhe telah mencapai usia untuk menikah namun belum ada siapapun yang dating melamarnya. Orangtua Piskhe akhirnya datang kepada Orakle (peramal) untuk meminta nasehat. Sementara itu, tanpa sepengetahuan orang lain, Cupid membuat Orakle mengatakan bahwa Piskhe tidak ditakdirkan untuk menikahi seorang manusia, melainkan menikahi seekor makhluk yang tinggal di sebuah gunung. Betapa sedih hati orang tua Piskhe mendengar nasehat dari sang Orakle bahwa putrinya harus menikahi seekor monster di tempat yang sangat jauh. Meskipun berat, akhirnya orang tua Piskhe merelakan putri bungsunya tersebut untuk mengikuti takdirnya.

Minggu, 20 November 2011

God, I'm in Love


Tuhan, aku pikir aku telah jatuh cinta. Tiba-tiba saja rasanya aku seperti telah menemukan sosok yang aku cari. Aku baru melihatnya sekarang, padahal telah lama aku bersamanya. Aku yakin aku tela benar-benar jatuh cinta. Bagaimana ini, Tuhan. Aku senang sekaligus takut. Aku senang bahwa akhirnya aku menemukannya. Tapi aku takut, karena aku takut patah hati.
Dia. Tidak mudah untuk mencintainya, menaruh percaya atas hatiku yang rapuh dan mudah pecah. Dia tidak bersinar seperti pangeran-pangeran terdahulu yang sempat mampir dan menyilaukan mataku. Tapi entah mengapa, ada sesuatu pada kedalaman hatinya yang mengetuk hatiku untuk mengenalnya lebih jauh. Sehingga, meski ia bukan pangeran impianku, pintu itu tetap terbuka baginya.
Aku tahu ia berbeda. Meski mereka mengatakan ia tak pantas untukku. Meski anak pikiranku berbisik bahwa ia sama sekali tak punya cahaya yang mampu menyilaukan mataku. Tetap saja, ada sesuatu disana yang memanggilku untuk melihat kedalaman hatinya. Sesuatu yang tak mampu aku jelaskan pada mereka, sesuatu yang tak mungkin dapat mereka mengerti.
Aku yakin aku tidak salah dengan membiarkan ia hadir dalam hari-hariku, dalam rutinitasku, hingga akhirnya aku terbiasa. Aku merasa kehilangan ketika satu hari saja aku tak dapat menemukannya di hariku. Bahkan seringkali aku mengharapkan kehadirannya lebih, semakin hari berharap semakin lebih.
Tuhan, kau tahu bahwa kepadanya aku tak pernah melihat dengan mata, mengukur dengan angka-angka atau memahami dengan kata-kata. Ada sesuatu tentang dia yang membuatku merasa bahagia. Sepotong makna tentang “bahagia”, bagiku, bukanlah hari-hari penuh tawa, detik-detik tanpa air mata dan kecewa ataupun setiap saat melulu tentang cinta. Bukan. Dia dan hari-hariku, membuatku merasa betah dan mampu menjadi diriku sendiri. Bagiku dia selalu memahami, meski tak melulu menyetujui.
Ya Tuhan, mungkin inilah yang orang-orang namai dengan jatuh cinta. Malam ini, aku melihat dia dengan utuh. Sesuatu itu telah dapat aku lihat, nyata. Aku dan dia memang berbeda seperti angka 1 dan angka 0, tapi malam ini aku menyadari benang merah yang mampu menjadikan kami angka 10, yaitu mimpi. Kami sama-sama pemimpi. Bergerak, berbuat dan berjuang dengan bahan bakar mimpi. Pangeran seperti itu yang aku cari. Pangeran yang tidak mewarisi mahkota ayahnya. Pangeran yang turun berperang dalam realitas dunia, dengan tameng baja dan pedang semangat, menghunus ke  arah rintangan yang menghalangi langkahnya. Pangeran yang pada akhirnya akan bertahta pada singgasana mimpi yang ia perjuankan dengan darah dan air matanya sendiri. Pangeran yang gagah karena kegagahannya lahir dari integritas dan prinsip. Pangeran yang tangguh karena kemampuannya menjaga amanah dan komitmen. Pangeran, yang mungkin, seperti dia.
(catatan sedang ingin romantis…….)