Minggu, 20 November 2011

God, I'm in Love


Tuhan, aku pikir aku telah jatuh cinta. Tiba-tiba saja rasanya aku seperti telah menemukan sosok yang aku cari. Aku baru melihatnya sekarang, padahal telah lama aku bersamanya. Aku yakin aku tela benar-benar jatuh cinta. Bagaimana ini, Tuhan. Aku senang sekaligus takut. Aku senang bahwa akhirnya aku menemukannya. Tapi aku takut, karena aku takut patah hati.
Dia. Tidak mudah untuk mencintainya, menaruh percaya atas hatiku yang rapuh dan mudah pecah. Dia tidak bersinar seperti pangeran-pangeran terdahulu yang sempat mampir dan menyilaukan mataku. Tapi entah mengapa, ada sesuatu pada kedalaman hatinya yang mengetuk hatiku untuk mengenalnya lebih jauh. Sehingga, meski ia bukan pangeran impianku, pintu itu tetap terbuka baginya.
Aku tahu ia berbeda. Meski mereka mengatakan ia tak pantas untukku. Meski anak pikiranku berbisik bahwa ia sama sekali tak punya cahaya yang mampu menyilaukan mataku. Tetap saja, ada sesuatu disana yang memanggilku untuk melihat kedalaman hatinya. Sesuatu yang tak mampu aku jelaskan pada mereka, sesuatu yang tak mungkin dapat mereka mengerti.
Aku yakin aku tidak salah dengan membiarkan ia hadir dalam hari-hariku, dalam rutinitasku, hingga akhirnya aku terbiasa. Aku merasa kehilangan ketika satu hari saja aku tak dapat menemukannya di hariku. Bahkan seringkali aku mengharapkan kehadirannya lebih, semakin hari berharap semakin lebih.
Tuhan, kau tahu bahwa kepadanya aku tak pernah melihat dengan mata, mengukur dengan angka-angka atau memahami dengan kata-kata. Ada sesuatu tentang dia yang membuatku merasa bahagia. Sepotong makna tentang “bahagia”, bagiku, bukanlah hari-hari penuh tawa, detik-detik tanpa air mata dan kecewa ataupun setiap saat melulu tentang cinta. Bukan. Dia dan hari-hariku, membuatku merasa betah dan mampu menjadi diriku sendiri. Bagiku dia selalu memahami, meski tak melulu menyetujui.
Ya Tuhan, mungkin inilah yang orang-orang namai dengan jatuh cinta. Malam ini, aku melihat dia dengan utuh. Sesuatu itu telah dapat aku lihat, nyata. Aku dan dia memang berbeda seperti angka 1 dan angka 0, tapi malam ini aku menyadari benang merah yang mampu menjadikan kami angka 10, yaitu mimpi. Kami sama-sama pemimpi. Bergerak, berbuat dan berjuang dengan bahan bakar mimpi. Pangeran seperti itu yang aku cari. Pangeran yang tidak mewarisi mahkota ayahnya. Pangeran yang turun berperang dalam realitas dunia, dengan tameng baja dan pedang semangat, menghunus ke  arah rintangan yang menghalangi langkahnya. Pangeran yang pada akhirnya akan bertahta pada singgasana mimpi yang ia perjuankan dengan darah dan air matanya sendiri. Pangeran yang gagah karena kegagahannya lahir dari integritas dan prinsip. Pangeran yang tangguh karena kemampuannya menjaga amanah dan komitmen. Pangeran, yang mungkin, seperti dia.
(catatan sedang ingin romantis…….)

1 komentar:

Mantap karyanya. Siapa tu?

Posting Komentar