Jumat, 09 Desember 2011

16.26 - 2 comments

LAKIKU DAN WARUNG KOPI

Oleh: Zuraida
Duhai lakiku yang bertandang dari satu warung kopi ke warung kopi lainnya...
Kau telah menyisakan cemburuku pada ampas kopi di seperempat gelasmu,
Kau telah menjejakkan kesepianku diantara puntung rokokmu.
Terkadang aku bertanya pada gelap kamar, apa yang kau lakukan di luar sana
Sementara pikiran jalangku menjelajahi warung kopi tempatmu berada,
Membayangkan perempuan-perempuan muda dan cantik hilir mudik di hadapanmu seraya menawarkan kopi seperempat gelas.
Menerka pembicaraan rekanmu yang membuatmu berkhayal bahwa kuasa dan uang suatu saat akan ada di genggammu.
Bukankah itu yang terjadi di warung kopi, Lakiku?
Jangan kau larang aku cemburu, Lakiku, karena kau tak tahu rasanya menunggu dalam gelap kamar, sendirian hingga nyaris pagi,
Dengan pikiran membara, membakar habis percaya dan menyisakan khawatir.
Waktumu kau pekap habis di temaram warung kopi di ujung jalan itu.
Padahal aku membutuhkanmu, Lakiku.  Sangat.
Berharap dapat mendengar bisik mesramu menjelang tidur.
Bukan hanya aku, Lakiku, si kecil juga inginkan dongengmu.
(Pontianak, 08122011, 02:38)

NB: Sebuah perspektif tentang warung kopi. Kesannya saya membenci. Memang begitu nyatanya. Mengapa? Karena ayah saya tidak menyambut kelahiran saya di tepi pembaringan emak, hanya karena takut, dan lebih memilih mekap di warung kopi!

2 komentar:

tapi memang kebanyakan laki-laki suka kopi ya kak. kalo kakak yang buat kopi untuk suami tercinta. sepertinya tidak perlu ada rasa curiga ya...yang ada malah harmonisasi dan mesraisasi (beh...jadi vickyisasi pula hehe)

hahaha ituLah masalahnya,,,siapa yg buat kopi dan dimana minumnya, tapi klo minumnya bareng boleh x ya sekali2 di warung kopi :D

Posting Komentar